“Righting response”, merupakan suatu respon yang dilakukan untuk mengatasi suatu kondisi yang tidak seimbang menjadi kembali ke kondisi optimal atau ideal. Perilaku “righting” sendiri telah digunakan secara luas sebagai indikator stress dalam penelitian laboratorium terkait dengan bulu babi. Lytechinus variegatus merupakan salah satu jenis bulu babi yang sering ditemukan di substrat berpasir wilayah tropis dan subtropis Atlantik Barat, dan umumnya ditemukan di habitat lamun dangkal. Hewan ini memiliki suatu bentuk “righting response” atau perilaku adaptasi dimana ketika posisinya terbalik dengan mulut menghadap ke atas, ia akan memutar diri 180º agar mulutnya kembali menghadap ke substrat.
Ada fakta menarik mengenai perilaku adaptasi dari Lytechinus variegatus terhadap lingkungan. Dimana dalam upayanya melindungi diri dari predator dan kondisi lingkungan yang ekstrem, hewan penghuni substrat berpasir ini aktif mengumpulkan benda-benda di sekitarnya seperti batu, lamun, kerang dan bahkan sampah laut untuk dijadikan semacam ‘rumah’ bagi mereka. Perilaku ini diduga sebagai suatu mekanisme adaptif untuk menghadapi berbagai ancaman baginya. Menariknya, penelitian menemukan bahwa L. variegatus lebih cenderung memilih sampah laut dibandingkan bahan alam lainnya. Hal ini dikarenakan sampah laut, terutama potongan plastik yang lebih besar, dianggap lebih efektif sebagai pelindung karena sifatnya yang lebih berat, lebar, dan mampu memberikan perlindungan yang lebih luas. Selain itu, transparansi sampah tertentu memungkinkan bulu babi untuk tetap mengamati lingkungan sekitarnya sambil tetap tersembunyi.
Beberapa penelitian juga telah menyebutkan bahwa perilaku adaptif yang dilakukan oleh Lytechinus variegatus ini, juga dilakukan oleh beberapa genus bulu babi lain seperti Tripneustes dan Sphaerechinus yang dimana merupakan kerabat dekat berdasarkan filogeni mereka. Seperti yang sudah disebutkan diatas, perilaku adaptif ini merupakan suatu reaksi untuk melindungi diri, dan terutama bagi Lytechinus dan Tripneustes, mereka menutupi diri sebagai perlindungan dari sinar UV dan juga gelombang laut. Memahami perilaku “menutup diri” ini pada bulu babi sangatlah penting karena berhubungan langsung dengan kelangsungan hidup mereka. Sebuah penelitian bahkan menunjukkan bahwa beberapa bulu babi akan mati jika tidak diberi bahan yang cukup untuk menutupi dirinya.
Fenomena ini menunjukkan betapa besar pengaruh sampah laut terhadap perilaku dan ekologi organisme laut. Sampah laut tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga dapat mengubah perilaku hewan laut dalam beradaptasi dengan kondisi yang berubah. Perilaku adaptif ini menunjukkan bahwa hewan laut, yang sering dianggap sederhana, memiliki kemampuan kognitif yang kompleks dalam merespons perubahan lingkungan. Sayangnya, kecenderungan bulu babi untuk menggunakan sampah sebagai pelindung juga menggarisbawahi masalah serius pencemaran laut.
Referensi:
Barros, F., Santos, D., Reis, A., Martins, A., Dodonov, P., & Nunes, J. A. C. (2020). Choosing trash instead of nature: Sea urchin covering behavior. Marine Pollution Bulletin, 155, 111188.
Challener, R. C., & McClintock, J. B. (2017). In situ righting behavior of a common sea urchin. Aquatic Biology, 26: 33-40.
Parson, A., Dirnberger, J. M., & Mutchler, T. (2021). Patterns of dispersion, movement and feeding of the sea urchin Lytechinus variegatus, and the potential implications for grazing impact on live seagrass. Gulf and Caribbean Research, 32(1), 8-18.
Ziegenhorn, M. A. (2017). Sea Urchin Covering Behavior: A Comparative Review. pg. 19-33.
Artikel ini dibuat oleh: Nida Khofia A. (MDC XXVIII) dan Awang Rayhan R. (MDC XXVIII)