Pernahkah kamu mendengar nama hewan Bulu Seribu? Bukan ulat kaki seribu ya, tapi Bulu Seribu. Nama ini diberikan kepada bintang laut Acathaster planci yang juga dikenal dengan nama Crown of Thornes (secara harafiah berarti mahkota berduri). Namanya sangat pas untuk hewan yang tubuhnya dipenuhi oleh duri-duri beracun dengan ukuran 2 sampai 4 cm ini. Bulu seribu berukuran 25 sampai 35 cm dengan jumlah lengan yang bervariasi antara 8 dan 12 buah.
Bintang laut ini menarik perhatian sejak pertama kali dilaporakan pada tahun 1962 di Green Island, Great Barrier Reef, Australia. Kenapa menarik perhatian? Karena mereka merupakan predator karang terbesar. Mereka mampu melahap karang sampai menimbulkan kehancuran yang meluas. Cara makannya cukup unik yaitu dengan mengeluarkan isi perut melalui mulut. Lalu ususnya akan menutupi permukaan koloni karang sehingga pencernaan terjadi di luar tubuhnya. Proses pencernaan ini membutuhkan waktu antara 4-6 jam. Selain karang, bintang laut karnivora ini juga memakan berbagai hewan seperti teritip, spons, dan gastropoda. Bintang laut A. planci merupakan penghuni terumbu karang yang alami. Mereka ditemukan di wilayah daerah terumbu karang dengan persentase tutupan karang yang tinggi di perairan Indo-Pasifik.
Keberadaan hewan ini menjadi berbahaya saat terjadi ledakan populasi. Menurut Coremap (2004), A. planci dapat mengurangi persen tutupan karang hidup dari 25-40% menjadi kurang dari 1%! Dan terumbu karang membutuhkan waktu yang tidak kurang dari 10 tahun untuk pulih kembali. Faktor alami dan dukungan dari faktor manusia serta polusi adalah yang menyebabkan ledakan populasi tersebut. Pemburuan terhadap predator alami A. planci seperti ikan karang dan triton juga mendukung terjadinya ledakan populasi.
Sampai saat ini terdapat beberapa cara penanggulangan ledakan populasi bintang laut ini. Dapat dilakukan dengan mengambil dan mengeluarkan bintang laut ini dari laut atau dengan pagar atau kandang di dalam air untuk individu dewasa. Menurut Suharsono (1991) dapat dilakukan dengan penyuntikan racun dengan Cupri sulfat pekat. Namun cara ini memerlukan biaya yang cukup besar.
Sumber:
Bachtiar. 2009. Bintang Laut Mahkota Duri
Suharsono. 1991. Bulu Seribu. Oseana Vol. XVI (3): 2-6, Jakarta
U.S. National Park Service / www.nps.gov (gambar)
Maula Nadia