EKSPEDISI CORALLIUM XIX

Senin (20/11) Mahasiswa anggota Marine Diving Club, Universitas Diponegoro sampai di Pelabuhan Perintis, Pulau Karimunjawa dengan membawa tabung dan peralatan selam yang lengkap, siap untuk menjalani Ekspedisi Corallium. Ekspedisi Corallium adalah ekspedisi tahunan dari Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Marine Diving Club (MDC), organisasi selam dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang. Tujuan dari ekspedisi ini adalah untuk mendata ekosistem terumbu karang di seluruh 27 pulau di Kepulauan Karimunjawa.

Tahun ini, bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Karimunjawa, Ekspedisi Corallium sudah sampai di tahun ke-19nya dan berkesempatan untuk mendata pulau ke-19 yaitu Pulau Bengkoang. Ekspedisi tahun ini mengangkat isu mengenai ikan herbivor dengan tema “Warna Warni Karangku, Ikan Herbivor Penyelamatku”.

Pulau Bengkoang adalah pulau tidak berpenghuni di sebelah utara Pulau Karimunjawa. Para anggota MDC berangkat dari Pelabuhan Karimunjawa menerjang gelombang besar selama perjalanan yang memakan sekitar 1 jam. Kami dibagi untuk mendata ikan dan terumbu karang. Pendataan ikan menggunakan metode visual sensus, sedangkan untuk karang menggunakan metode line intersept transect (LIT) sepanjang 100 meter. Pendataan dilakukan selama 2 hari. Kami mengambil data di 3 site (site Utara, Timur, dan Selatan) pada 2 kedalaman yaitu kedalaman 5 dan 10 meter. Lokasi pengambilan data tersebut dianggap sudah mewakili perairan terbuka dan tertutup serta perairan dangkal dan dalam. Proses pendataan tidak lepas dari tantangan kondisi alam. Musim sudah memasuki musim baratan. Di permukaan kami harus melawan ganasnya gelombang dan angin, di kedalaman pun kami harus melawan arus yang kencang.

Berdasarkan hasil pendataan, prosentase tutupan karang tertinggi berada pada Site Utara di kedalaman 5 meter sebesar 81,5% – 85% yang termasuk ke dalam kategori baik sekali. Sedangkan prosentase tutupan karang pada Site Timur kedalaman 5 meter adalah yang paling rendah dengan prosentase 2,8% – 8,3% yang termasuk ke dalam kategori rusak. Jenis yang mendominasi adalah dari genus karang Montipora dan Acropora. Pertumbuhan karang di Pulau Bengkoang juga didukung dengan suhu perairan yang relatif stabil di dalam range suhu yang dapat ditoleransi karang yaitu antara 26-34 oC (Suharsono, 1998). Kelimpahan ikan karang yang tertinggi didapatkan di Site Selatan kedalaman 10 meter dengan nilai 15.640 individu/ha. Keanekaragaman jenis di seluruh site termasuk ke dalam kategori sedang. Perairan Pulau Bengkoang didominasi oleh ikan Famili Pomacentridae. Famili ikan ini merupakan ikan utama pada ekosistem terumbu karang. Selain Pomacentridae, banyak ditemukan ikan genus Caesio (ikan ekor kuning) di beberapa site.

Pada Site Selatan banyak dijumpai ikan genus Chlorurus yaitu ikan kakak tua, ikan herbivor. Ikan kakak tua ini menjadi salah satu fokus kami dalam ekspedisi tahun ini karena kami mengangkat isu ikan herbivor. Ikan herbivor itu sendiri adalah ikan yang memakan makroalga. Ikan ini menjadi penting karena menjaga kesehatan terumbu karang dengan cara memakan alga-alga pada karang yang menghambat pertumbuhan karang tersebut. Kami menghubungkan data ekologi ikan herbivor dengan data hasil survey sosial ekonomi kepada nelayan di Desa Karimun dan Kemojan dan juga wisatawan. Didapatkan bahwa Pulau Bengkoang adalah salah satu destinasi untuk para nelayan melaut. Diantara target ikan tangkapan mereka adalah ikan herbivor seperti ikan kakak tua atau ikan hijau. Salah satu faktor pendukung penangkapan ikan herbivor tersebut adalah minat para pelanggan atau wisatawan. Ikan kakak tua adalah salah satu ikan yang paling banyak dikonsumsi wisatawan di Karimunjawa dengan prosentase sebesar 17%.

Pada ekspedisi ini  selain melakukan pendataan, tujuan kami adalah untuk mengedukasi para nelayan dan wisatawan tentang pentingnya ikan herbivor. 52% wisatawan dan 79,62% nelayan belum mengetahui tentang peran ikan herbivor bagi ekosistem terumbu karang. Kami melakukan edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan rasa kepedulian mereka dan dengan harapan akan mengurangi penangkapan dan konsumsi ikan herbivor di Karimunjawa. Karena sesungguhnya, kondisi ekosistem terumbu karang nantinya akan sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat di Karimunjawa seperti sebagai sumber mata pencaharian dan pariwisata.

 

 

Maula Nadia (MDC XXIV)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *