Pengalaman RHM COREMAP-CTI: Lampung

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memiliki kegiatan reef health monitoring (RHM) pada program COREMAP-CTI (Coral Reef Rehabilitation and Management Program Coral Triangle Initiative).

Pada program ini, dilakukan monitoring di berbagai titik perairan di seluruh Indonesia. Monitoring dilakukan pada ekosistem terumbu karang dan ekosistem terkait yakni ekosistem lamun dan ekosistem mangrove. Beberapa universitas di Indonesia digaet oleh LIPI sebagai tim pelaksana monitoring ini, termasuk Universitas Diponegoro.

Pada tanggal 8 – 15 November 2018, saya mendapatkan kesempatan untuk ikut dalam program ini. Saya bersama tim dari Universitas Diponegoro melakukan kegiatan monitoring di Bakauheni, Provinsi Lampung. Saya tergabung dalam tim karang bersama 3 rekan lainnya. Kami mengambil data tutupan terumbu karang, ikan karang, dan megabentos pada 10 titik di kawasan Bakauheni. Pengambilan data dilakukan secara langsung di 5 pulau yakni: Pulau Tumpel, Pulau Rimau Balak, Pulau Kandang Balak, Pulau Panjurit, dan Pulau Sindu. Kegiatan monitoring kali ini merupakan monitoring tahun ke-3. Maka dari hasilnya nanti dapat dilihat perubahan kondisi ekosistem dari tahun ke tahun.

Surface Interval di Kapal

Saya bertugas untuk mengambil data tutupan terumbu karang dengan metode Underwater Photo Transect (UPT). Metode ini dilakukan dengan mengambil foto substrat pada setiap meter pada transek sepanjang 50 meter. Hasil foto nantinya akan diolah dengan software untuk analisis lebih lanjut. Sedangkan untuk data ikan karang dan megabentos dilakukan dengan metode transek sabuk dan secara teknis dengan sensus visual sepanjang 70 meter. Ketiga data ini dijadikan indikator kesehatan ekosistem terumbu karang.

Pengambilan Data Ikan

Karang yang banyak ditemukan adalah karang tipe bercabang, masif, dan foliose atau lembaran. Namun dari hasil yang kami dapatkan, kondisi terumbu karang di perairan Bakauheni, Provinsi Lampung ini rata-rata buruk. Tingkat karang mati sangat tinggi diikuti oleh pertumbuhan alga yang pesat. Alga ini menjadi salah satu ancaman bagi karang karena keduanya berkompetisi untuk ruang. Selain itu terlihat bahwa sedimentasi di perairan ini sangat tinggi. Sedimen ini menutup permukaan karang, maka dapat menghambat pertumbuhan karang dan menyebabkan kematian karang. Tingginya sedimen dapat juga dilihat dari kekeruhan perairan, jarak pandang saat kami melakukan pendataan sangatlah terbatas. Sumber dari sedimentasi ini diduga dari darat akibat dari alih fungsi lahan atau pun pembangunan. Ditambah dengan kegiatan manusia yang sangat tinggi di kawasan Bakauheni, karena memang merupakan kawasan pelabuhan.

Underwater Photo Transect pada substrat Dead Coral

Kondisi ekosistem terumbu karang di Bakauheni sangat memprihatinkan. Semoga dari hasil ini dapat menjadi salah satu dasar untuk pengambilan keputusan dan kebijakan kedepannya. Selain itu, tetap dibutuhkan kajian lebih lanjut untuk menemukan solusi ataupun langkah rehabilitasi untuk ekosistem terumbu karang di Bakauheni, Provinsi Lampung.

Pengalaman ini menjadi pengalaman yang sangat berkesan bagi saya. Banyak ilmu yang saya dapatkan selama mengikuti program ini. Saya mendapatkan kesempatan untuk bekerja bersama rekan-rekan yang lebih berpengalaman dan tentunya dapat belajar dari mereka. Selain itu, dengan melihat secara langsung kondisi terumbu karang disana, membuka mata saya bagaimana kondisi kerusakan terumbu karang di Indonesia dan menjadi motivasi untuk terus belajar untuk upaya rehabilitasinya.

Waspada dira anuraga!

 

Maula Nadia (MDC XXIV)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *