Terdapat beragam metode yang digunakan dalam pengambilan sampel untuk penilaian kondisi terumbu karang. Setiap metode memiliki kelebihan serta kekurangannya tersendiri dan digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu. Metode-metode yang dimaksud antara lain adalah manta tow, Line Intercept Transect (LIT), dan Point Intercept Transect (PIT). Namun selain itu ada metode yang dikenal sebagai Underwater Photo Transect (UPT) atau yang dikenal dengan Transek Foto Bawah Air.
Metode UPT merupakan metode yang memanfaatkan perkembangan teknologi, karena dalam metode ini digunakan teknologi kamera digital dan juga perangkat lunak (software) komputer. Pengambilan data di lapangan hanya berupa foto-foto bawah air yang selanjutnya akan dianalisis lebih lanjut menggunakan komputer untuk mendapatkan data kuantitatif.
Alat
Alat-alat yang digunakan untuk metode ini adalah sebagai berikut:
- Peralatan selam SCUBA
- Kamera digital bawah air (atau kamera digital yang diberi pelindung)
- Roll meter 50m sebagai garis bantu transek
- Frame besi (ukuran 58×44 cm)
- GPS untuk menandakan titik pengamatan
- Kertas tahan air untuk menulis di bawah air
- Komputer untuk menganalisis foto
- Software CPCe
- Sarung Tangan untuk melindungi tangan
Metode Transek Bawah Air
Pengambilan data di lapangan dengan metode UPT dilakukan dengan pemotretan bawah air menggunakan kamera digital. Transek sepanjang 50 meter digelar dan pengambilan foto dengan batas frame dilakukan pada setiap meter. Pemotretan dilakukan dari meter ke-1 pada bagian sebelah kiri garis transek, dilanjutkan dengan pengambilan foto pada meter ke-2 pada bagian kanan. Pemotretan seteruskan dilakukan hingga akhir transek. Maka untuk meter gantjil (meter ke-1, 3, 5,..) diambil pada bagian kiri, sedangkan untuk meter genap (meter ke-2, 4, 6,..) pada bagian kanan. Pemotretan dimulai dari transek 90cm pada setiap meternya.
Pemotretan harus dilakukan sekitar 60 cm dari dasar substrat dan dilakukan tegak lurus. Untuk memudahkan pekerjaan, dibutuhkan 2 orang yang memiliki dua peran yang berbeda yaitu sebagai fotografer dan yang memegang frame
Analisis Foto
Foto-foto yang didapatkan selanjutnya dianalisis dengan software komputer seperti CPCe. Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan data kuantitatif seperti persentase tutupan karang atau pun substrat lain. Pada software, sampel titik acak dipilih secara otomatis sebanyak 10 atau 30 titik. Selanjutnya ditentukan biota atau substrat apa yang ada di titik tersebut.
Hasil analisis seluruh foto (50 foto) pada satu transek akan selanjutnya dikalkulasi secara otomatis oleh software yang digunakan. Maka data kuantitatif dapat didapatkan.
Setiap metode pengamatan kesehatan terumbu karang tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Apa sih kelebihan dan kekurangannya metode Underwater Photo Transect (UPT)?
Kelebihan
- Mempersingkat waktu pengambilan data di lapangan
Pada metode UPT hanya diperlukan pemotretan transek yang dapat dilakukan dengan cepat. Metode ini tidak membutuhkan waktu untuk pengamatan atau pun pencatatan seperti pada metode LIT (Line Intercept Transect) maupun PIT (Point Intercept Transect).
- Foto hasil dokumentasi dapat menjadi arsip yang sewaktu-waktu dapat dilihat kembali
Foto hasil dapat menjadi pembanding untuk monitoring di tahun-tahun berikutnya. Karena bentuknya file foto, maka dapat disimpan dengan mudah.
Kekurangan
- Ketergantungan pada penggunaan kamera
Metode ini sangat bergantung kepada teknologi, khususnya kamera digital. Jika kamera habis baterai atau pun rusak, metode ini tidak dapat dijalankan. Maka perawatan dan penggunaan kamera untuk metode UPT ini sangat penting untuk diperhatikan ya buddies!
- Waktu analisis foto yang lebih lama
Walaupun waktu pengambilan foto di lapangan relatif lebih cepat, namun untuk proses analisis foto membutuhkan waktu yang lebih lama. Jika 1 foto dianalisis dengan 10 atau 30 titik acak, bayangkan bahwa untuk satu transek ada 50 foto (50 x 30 titik = 1500 titik – dan itu hanya untuk satu transek / stasiun!)
Metode ini sudah banyak digunakan di berbagai penelitian tentang kesehatan terumbu karang di Indonesia. Salah satunya adalah oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) dalam program COREMAP-CTInya.
Sumber:
Giyanto. 2013. Metode Transek Foto Bawah Air untuk Penilaian Kondisi Terumbu Karang. Jurnal Oseana Vol XXXVIII (1) : 47-61
LIPI. 2014. Panduan Monitoring Kesehatan Terumbu Karang
Waspada dira anuraga!
Maula Nadia (MDC XXIV)