Blue Economy : Jalan Menuju Pemanfaatan Laut yang Berkelanjutan

Apa itu Blue Economy ?

Blue Economy adalah konsep yang mendukung langkah-langkah spesifik untuk memperluas definisi sumber daya laut dengan memanfaatkan layanan fundamental yang mendukung kehidupan yang disediakan oleh ekosistem laut dan pesisir. Konsep ini mencakup layanan ekosistem yang menyediakan, mengatur, mendukung, dan memperkaya pemanfaatan budaya ekosistem pesisir dan laut. Konsep ini sebagai layanan ekosistem yang bertujuan untuk keberlanjutan dan kemakmuran industri utama dalam blue economy seperti, sektor perikanan dan akuakultur, sektor sumber daya air, sektor pengiriman dan transportasi, sektor pariwisata, sektor energi dan mineral kelautan, sektor bioteknologi, serta teknologi pengaplikasian dalam pengendalian pencemaran. Oleh karena itu konsep blue economy menangani secara efektif isu utama yang mempengaruhi keberlanjutan manfaat ekosistem laut seperti, penangkapan ikan yang berlebihan, perubahan iklim, pengasaman laut, hilangnya habitat dan keanekaragaman hayati, spesies invasif, polusi, dan limbah.

Sumber: Ocean Research

Menurut More et al. (2023), Blue economy didefinisikan sebagai sektor ekonomi yang melestarikan lingkungan akuatik serta menggunakannya secara berkelanjutan untuk pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.

 Prinsip Utama Blue Economy 

Supaya ekonomi biru tidak hanya jadi slogan, ada beberapa prinsip dasar yang bisa dijadikan pijakan. Prinsip ini bukan sekadar teori, tapi sudah banyak contohnya di lapangan

  • Sustainable Use – Pemanfaatan sumber daya laut sesuai daya dukung ekosistem. Misalnya, pembatasan jumlah tangkapan ikan dengan sistem kuota. Dengan cara ini, stok ikan tetap terjaga dan nelayan masih bisa melaut untuk jangka panjang, bukan hanya mengejar keuntungan sesaat.
  • Inclusive Growth – Blue economy tidak akan berhasil kalau hanya dinikmati oleh perusahaan besar. Di banyak daerah, program pemberdayaan nelayan kecil lewat koperasi perikanan membuktikan bahwa masyarakat lokal bisa ikut merasakan manfaat, mulai dari akses permodalan hingga harga jual yang lebih adil.
  • Circular Economy – Contoh nyatanya bisa dilihat dari industri olahan rumput laut. Limbah dari proses produksi yang tadinya dibuang, kini dimanfaatkan kembali untuk bahan pakan ternak atau pupuk organik. Jadi, tidak ada yang benar-benar terbuang.
  • Zero Waste Mindset – Prinsip ini mendorong semua limbah untuk diolah kembali. Misalnya, limbah cangkang udang yang biasanya menumpuk, kini bisa diolah menjadi bahan baku astaxanthin (antioksidan bernilai tinggi) atau tepung kalsium. Dari sampah, berubah jadi produk bernilai ekonomi.
  • Ecosystem-Based Management – Kebijakan berbasis ekosistem bisa dilihat pada kawasan konservasi laut. Misalnya di Raja Ampat, pembatasan jumlah kapal wisata bukan untuk membatasi ekonomi, tapi justru menjaga karang dan biota laut agar pariwisata bisa berkelanjutan.
  • Innovation & Technology – Teknologi ramah lingkungan kini semakin berperan. Contohnya, budidaya ikan dengan sistem Recirculating Aquaculture System (RAS) yang hemat air dan minim limbah, atau penggunaan energi terbarukan seperti panel surya di kapal nelayan kecil.

Apa Saja Potensi yang Dimiliki dari Indonesia?

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki modal besar untuk mengembangkan ekonomi biru. Dengan lebih dari 17.500 pulau, garis pantai sepanjang 81.000 km, serta wilayah laut seluas 5,8 juta km², laut Indonesia menyimpan kekayaan yang luar biasa.

Potensi sektor perikanan juga sangat menjanjikan, dengan produksi tangkap laut mencapai sekitar 9,3 juta ton per tahun, serta produksi akuakultur hingga 56,8 juta ton per tahun. Selain itu, menurut Hendarman et al. (2024), letak geografis Indonesia yang strategis menghubungkan Samudra Hindia dan Pasifik serta berada di jantung Coral Triangle memberikan nilai tambah berupa keanekaragaman hayati laut tertinggi di dunia.

Mengapa Blue Economy Penting?

Urgensi penerapan ekonomi biru bukan hanya soal menjaga keberlanjutan sumber daya, tetapi juga memastikan bahwa pembangunan ekonomi tidak lagi bergantung pada eksploitasi berlebihan. Blue economy mendorong keseimbangan antara ekonomi, ekologi, dan sosial.

Lebih jauh lagi, ekonomi biru sejalan dengan strategi pembangunan berkelanjutan yang pro-poor (mengurangi kemiskinan), pro-growth (mendorong pertumbuhan ekonomi), pro-job (menciptakan lapangan kerja), dan pro-environment (menjaga lingkungan). Konsep ini bahkan belajar langsung dari alam meniru cara kerja ekosistem yang efisien, minim limbah, dan tetap memperkaya lingkungannya.

Arah Pembangunan Blue Economy di Indonesia

  1. Mendukung Poros Maritim Dunia – Memaksimalkan potensi laut untuk meningkatkan ekonomi nasional dan daya saing global.
  2. Pembangunan Berkelanjutan – Menyeimbangkan pemanfaatan sumber daya laut dengan pelestarian ekosistem.
  3. Penguatan Tata Kelola Laut – Reformasi hukum, kolaborasi antar lembaga, integrasi data, serta pengembangan riset dan teknologi kelautan.

Blue economy bukan hanya konsep tentang bagaimana kita memanfaatkan laut, tetapi juga bagaimana kita menghargai kehidupan yang ada di dalamnya. Dengan menerapkan prinsip keberlanjutan, inklusivitas, dan inovasi, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadikan laut sebagai penopang utama ekonomi tanpa mengorbankan ekosistemnya.

Sebagai negara maritim, pilihan ada di tangan kita: apakah laut hanya dilihat sebagai sumber daya yang dieksploitasi, atau sebagai warisan yang harus dijaga untuk generasi mendatang. Melalui blue economy, kita bisa membuktikan bahwa pembangunan ekonomi dan kelestarian lingkungan bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan jalan yang dapat berjalan berdampingan.

Referensi:

Al Fahri, A. A., Norrahmawati, D.,Bailovan, K. D., Alfarez, R. U., Rahmawati, S. A., Kismartini, K., & Purnaweni, H. (2022). ReformasiImplementasi Konsep Blue Economy sebagai Upaya Proteksi Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Kota Semarang. Jurnal Manajemen Dan IlmuAdministrasi Publik (JMIAP), 4(3), 168-174.

Aprilia, & Mulyanie, E. (2023). Implementasi Konsep Blue Economy di Indonesia sebagai Upaya Mewujudkan SustainableDevelopment Goals (SDGs) 14: Life Below Water. Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika, 7(2), 79-87.

Bahalau, Y. P., Derek, Z. E., & Therok, F. A. (2025). Pengembangan Konsep Blue Economy untuk Meningkatkan Daya Saing Sektor Kelautan dan Perikanan di Sulawesi Utara. Permana: Jurnal Perpajakan, Manajemen, dan Akuntansi, 17(3), 461-473.

Darajati, M. R. (2024). Urgensi implementasi konsep ekonomi biru dalam tata kelola sektor kelautan Indonesia. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 14(1), 15-22.

Donesia, E. A., Widodo, P., Saragih, H. J. R., & Suwarno, P. (2023). Konsep Blue Economy Dalam Pengembangan Wilayah Pesisir dan Wisata Bahari di Indonesia. Jurnal Kewarganegaraan, 7(2), 1950-1959.

Hendarman, A. F., Pritasari, A., Desiana, N., Astiri, S., Dwifani, D., Sonia, V., … & Siahaan, Y. A. (2024). Current research and future perspectives: A literature review on the blue economy of Indonesia. In BIO Web of Conferences (Vol. 92, p. 01030). EDP Sciences.

More, S., Kulkarni, M., & Indap, M. (2023). Ocean resources and its sustainable development. Int. J. Sci. Res, 12, 2160-2171.


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *