Acanthaster planci, Si Cantik Bermahkota Duri

Walaupun terlihat cantik dan unik, tetapi siapa kira ia adalah musuh utama karang dan penyebab degradasi tutupan karang terbesar di Indonesia?

Ya, walaupun cantik Acanthaster planci atau dikenal dengan Crown-of-thorns Seastar ini merupakan hewan pemakan karang loh. A. planci merupakan musuh utama bagi karang penyusun terumbu karena memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengonsumsi polip karang. Degradasi tutupan karang jangka panjang di seluruh kawasan Indo-Pasifik umumnya disebabkan oleh A. planci ini. Hewan ini merupakan salah satu penyebab kematian karang di Indonesia. Keberadaan A. planci telah ditemukan hampir di setiap provinsi yang ada di Indonesia dan sebagian besar ditemukan di wilayah segitiga terumbu karang (coral triangle). Kehadiran A. planci di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh Rumphius pada tahun 1705 di perairan Ambon. Selanjutnya pada tahun 1976 pengamatan hewan. pemakan karang ini dilakukan secara khusus di Pulau Lancang, Kepulauan Seribu. Beberapa hasil penelitian dalam kurun waktu 10 tahun terakhir yang dilakukan di perairan Indonesia dimana ditemukan adanya Acanthaster yaitu di Pulau Cilik yang berada di Kepulauan Karimunjawa, Pulau Bunaken, Perairan Tanjung Kelayang Kabupaten Belitung, Bintan, Perairan Teluk Tomini, di Pulau Tunda, dan Kepulauan Spermonde.

Acanthaster planci atau Crown-ofthorns starfish merupakan salah satu jenis bintang laut raksasa dengan jumlah duri yang banyak sekali, sehingga di Indonesia lebih dikenal dengan nama Bulu Seribu. Bulu Seribu pertama kali dicatat oleh George Rumphius tahun 1705 dan kemudian diberi nama Acanthaster planci oleh LINNAEUS tahun 1758. Bulu seribu mempunyai warna bermacam-macam tergantung pada lokasi di mana mereka tinggal misalnya bulu seribu yang ditemukan di Thailand mempunyai warna merah dan abu-abu. Warna yang sama juga banyak ditemukan di Great Barrier Reef. Sedangkan di Hawaii bulu seribu berwarna hijau dan merah. Di Indonesia bulu seribu umumnya berwarna abu-abu, ungu, hijau dan biru. Lengan bulu seribu berjumlah antara 8 – 2 1 buah. Madreporit terdiri dari 3-16 buah dengan anus bervariasi antara 1 — 6 buah, sedangkan kulitnya mengandung bahan magnesium calcite. Bulu seribu dibedakan menjadi hewan jantan dan betina sehingga tidak dikenal adanya bulu seribu yang bersidat hermaprodit. Temperatur optimal untuk pertumbuhan bulu seribu berkisar antara 26 — 28 °C. Batas toleransi suhu maximum dan minimum adalah 33 °C dan 14 °C. Di atas suhu 33 °C bulu seribu akan mati begitu juga di bawah suhu 14 °C. Kecepatan tumbuh pada kondisi normal adalah 26 mm perbulan untuk individu muda yang memakan algae. Bulu beribu menyukai daerah terumbu karang yang padat dengan persentase tutupan yang tinggi. Pada umumnya mereka menyukai karang yang bercabang dengan bentuk pertumbuhan seperti meja. Anakan bulu seribu menyukai tempat yang terlindung misalnya dibawah bongkah-bongkah karang atau dibawah pecahan karang. Bulu seribu dewasa tidak menyukai tempat yang terbuka seperti daerah dangkal yang dipengaruhi ombak atau arus yang kuat.

 

Sumber :

Ruli, Fismatman ,Robert Alik, Dominggus Polnayal, Nurjirana, Sufardin dan Muhammad Afrisal. 2020. Kelimpahan Acanthaster Planci dan Tutupan Karang Hidup di Perairan Pulau Saparua, Provinsi Maluku. J.Lit.Perikan.Ind. Vol. 26 (2): 125-133.

Suharsono. 1991. Bulu Seribu (Ancanthaster Planci). http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xvi(3)1-7 (01 Juli 2021)


Eriska Florentina Manurung (MDC XXVI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *