MDC didukung oleh USAID, berkolaborasi bersama KeSEMaT, Seacrest dan Diponegoro Marine Biodiversity Project berkesempatan untuk saling sharing materi ekosistem terumbu karang, lamun, mangrove dan juga decapoda yang berhabitat di karang mati dalam sebuah webinar kelautan.
Kalau belum berkesempatan mengikutinya, cek video ini ya!
Webinar yang bertajuk “Anak Kelautan Wajib Tahu! Yuk, Bahas Ekosistem Laut dan Pesisir” ini dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2020 melalui platform Zoom dan ditayangkan secara live melalui akun youtube MDC UNDIP.
Materi tentang ekosistem lamun disampaikan oleh Qinthan Azzahra Aulia dari Kelompok Studi SeaCrest. Lamun merupakan tumbuhan berbunga yang hidup terendam dalam kolom air laut. Lamun berkembang biak di wilayah perairan laut dangkal dan estuari. Satu atau beberapa jenis lamun yang membentuk hamparan luas disebut komunitas padang lamun. Suatu komunitas padang lamun yang berinteraksi dengan biota yang hidup didalamnya dan lingkungan sekitarnya membentuk ekosistem padang lamun. Lamun berperan sebagai produktivitas primer, sumber makanan, pereduksi CO2, sediment trap, tempat berlindung, spawning ground, mencegah erosi, dan penyerap karbon. Berbeda dengan alga, lamun merupakan tumbuhan berakar yang dapat dibedakan daun, batang dan akarnya.
Sumber : www.seagrasswatch.com
Pendataan lamun dilakukan dengan menggunakan metode garis transek (line transect) yang dibentangkan sepanjang 100 m dengan tiga kali pengulangan berjarak 50 m setiap transeknya. Pengamatan lamun menggunakan transek kuadran berukuran 50cm x 50 cm. Hal yang diamati adalah spesies lamun, jumlah tegakan lamun, persen tutupan dan tinggi kanopi lamun. Selain itu, pendataan parameter perairan seperti kecerahan, jenis substrat dasar, suhu, salinitas dan pH juga dilakukan. Pengamatan epifit dan makroalga dilakukan untuk mengukur persen tutupan epifit dan makroalga, serta data ikan dan data megabenthos dilakukan pengamatan spesies dan jumlahnya.
Yuk baca tentang ekosistem lainnya disini.
Avicenna W. (MDC XXVI)