Pesona Pulau Alor dengan Keindahan Bawah Lautnya

Alor sering disebut dengan “ Surga di Timur Matahari” Suatu kesempatan yang sangat berharga untuk Aku bisa berkunjung dan menyelami laut Alor.

April 2021, aku diberikan kesempatan untuk menjadi observer ikan (Pengamat ikan ) dalam kegiatan Reef Health Monitoring oleh WWF- Indonesia di KKPD Suaka Alam Perairan SAP Selat Pantar dan laut Sekitarnya. Senang rasanya bisa kembali menyelam di laut di tengah pandemi yang belum juga berakhir. Aku pun Berangkat menuju Alor dari Semarang “ Alor I’m Coming” dalam hatiku.

Rangkaian kegiatan yang kami lakukan sebelum ke lapangan yaitu Workshop metode pendataan dan entry data, Workshop kegiatan Reef Health Monitoring 2021 yang dihadiri  oleh perwakilan dinas, akademisi, organisasi masyarakat setempat dan yang lainnya dan refreshment untuk identifikasi ikan dan karang serta metode pendataan rock pile yang nanti nya akan dilakukan. Kegiatan monitoring ini sangat menyenangkan dengan orang – orang yang tangguh dan ramah. Mari kita berkenalan dengan anggota tim monitoring Alor pertama ada saya sendiri alias Mila (MDC XXVI) , Ka Muggi (MDC XXII), Ka Jibriel (MDC XXI), Pak Isak sebagai Fish Observer, Ka Haries (MDC XX) dan Ka Wanda sebagai benthic observer, pak mus serta om yansen sebagai roll master, Mas Daniel memegang GPS, Mas Biman sebagai Fotografer dan om sam, om bram sebagai dive guide lokal yang membantu kegiatan kami ini  serta ada juga perwakilan dari TNI AL serta POLAIR.

 

Tim Monitoring Kesehatan Terumbu Karang

Kegiatan monitoring terumbu karang yang dilakukan ini untuk melihat status dan tren kesehatan terumbu karang di wilayah SAP Selat Pantar dan Laut sekitarnya. Pendataan dilakukan di 47 titik penyelaman  yang terbagi menjadi dua tim dengan komposisinya yaitu 1 roll master, 2 observer ikan dan 1 observer bentik.

 

Mengamati Ikan di Pulau Alor (WWF/Harimurti A. Bimantara/2021)

 

Saat kegiatan kami mengalami hal yang tidak terduga yaitu kegiatan kami tertunda oleh adanya badai siklon seroja yang melanda Nusa Tenggara Timur. Adapun karena peristiwa tersebut kami tidak bisa melanjutkan kegiatan monitoring selama 5 hari. Karena kami tida bisa melaut alhasil beberapa dari kami melakukan field trip di tempat2 wisata di Pulau Alor salah satunya ke Pantai Mali. Pantai Mali ini menjadi habitat dari seekor dugong, masyarakat setempat memanggilnya mawar. Alhamdulillah sangat beruntung sekali kami dapat melihat dugong yang paling terkenal ini di Alor.

Kegiatan kami dimulai kembali pada tanggal 8 April 2021 setelah 5 hari lamanya menunggu izin untuk melanjutkan kegiatan. Kami pun melanjutkan monitoring sampai tanggal 12 April 2021 dengan rasa bahagia.

 

Kondisi Site pengamatan ekologi  (WWF/ Harimurti A. Bimantara/2021)

 

Dalam penyelaman ini kami mendapati beberapa site yang masih bagus dengan tutupan karang yang rapat dan dijumpai karang massive yang besar – besar, namun banyak site yang rusak penuh dengan rubble di sepanjang transek di kedalaman 8-10 m. Beberapa diantaranya masih memiliki tutupan karang yang bagus di kedalaman dangkal yaitu 3-5 m. karakteristik perairan nya sangat tidak bisa di tebak, terkadang perairan tenang sekali seperti air kolam, dan ada yang berarus kuat sampai kami harus menunggu untuk bisa melakukan pendataan. Untuk visibility rata-rata diatas 10 m, hanya sedikit yang tim kami dapati dengan visibility yang buruk. Monitoring kali ini kami menemukan Hiu blacktip, Hiu Whitetip, Stingray, Kerapu dan lainnya. Jika Ada kesempatan lagi aku rasa aku akan kembali ke Pulau Alor, Aamiin.

 


Mila Amelia Nur Azizah (MDC XXVI)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *